Alhamdulillah, Cukuplah!

Pernah galau gara-gara nggak punya duit? Mau minta ortu, udah keseringan. Mau kerja, sekolah aja males-malesan. Terus kamu jalan-jalan tuh. Sendirian. Liat ke atas, tengok ke kanan, tengok ke kiri. Pas liat ke bawah, eh, ada amplop! Kamu buka deh tuh. Isinya DUIT!! Banyak lagi. “Wah, rejeki nomplok nich!!”
            Pengalaman di atas bisa saja terjadi pada siapa. Saat kita sedang sangat butuh dan tiba-tiba ada rezeki yang nggak disangka-sangka. Layaknya sebuah takdir. Rezeki, jodoh, kematian itu udah ada yang atur. Kita nggak ada hak untuk menuntut kadar dan macamnya. Bagaimana ia datang, kapan ia hadir, atau dimana ia menjemput. Yang bisa kita lakukan adalah berusaha yang terbaik untuk mendapatkan yang terbaik pula. Do the best, get the best!
            Pernahkah terlintas di benakmu, tentang bagaimana seseorang yang tidak tampak berusaha keras namun ia mendapatkan segalanya dengan begitu mudah? Atau kamu pernah merasa iri dengan kesuksesan orang lain, dan membandingkan dengan keadaanmu yang tampak menyedihkan baik dilihat oleh mata, didengar lewat telinga atau diceritakan dalam kata-kata.
            Iri itu wajar. Kadang kita bahagia atas kebahagiaan orang lain. Tapi, di sela rasa bahagia itu, terselip sedikit kesedihan dan rasa iri. Bukan berarti tak tulus atau sejenisnya, hanya saja, jauh di dalam hati kita.. Kita juga tengah menantikan kebahagiaan yang sama dengannya. Bedanya, dia lebih dulu menemukannya, sementara kita, masih harus sedikit lebih banyak bersabar. Jadi, walaupun iri itu wajar.. tetaplah berbahagia J karena setiap jiwa memiliki hak untuk bahagia. Tersenyumlah J semoga barokah.

“Sesungguhnya rezeki itu akan mencari seseorang dan bergerak lebih cepat daripada ajalnya.” (HR. Thabrani)
            So, guys! Jangan pernah putus asa ya.. Tetaplah berusaha J. Saat kita belum berhasil mencapai apa yang tercitakan,, kita syukuri dulu apa yang telah terciptakan untuk kita. Orang yang selalu merasa kurang, mungkin ga’ akan pernah berpikir untuk memberi. Apa yang akan kita berikan saat kita MASIH merasa kekurangan???
            Pernah dengar istilah “qonaah”?
Orang yang qonaah adalah orang yang rela hati dan ikhlas menerima apa yang telah diberikan oleh Allah kepadanya serta merasa cukup dengan apa yang dimilikinya. Ia sanggup menerima segala anugerah yang diberikan oleh Allah dan sabar atas segala ketentuan yang menimpanya. Ia meminta tambahan yang layak seraya berusaha dan berdoa serta bertawakal kepada Allah. Dan yang pasti, hatinya tidak tertipu dengan kekayaan duniawi.
Qanaah merupakan salah satu sikap dasar seorang mukmin untuk mengendalikan diri agar tidak jatuh dalam keputusasaan dan keserakahan. Orang yang memiliki sifat qanaah hidupnya cenderung stabil dan dapat menjaga emosi, mereka selalu berlapang dada, hatinya senantiasa tenteram dan merasa berkecukupan, bebas dari keresahan karena tidak khawatir akan kekurangan. Sebab pada hakikatnya, kaya dan miskinnya seseorang bergantung pada kepuasan hatinya, bukan pada besarnya jumlah harta yang berhasil ia kumpulkan.
Orang yang menanamkan sifat qanaah dalam kehidupannya akan terdorong untuk mencapai kemajuan-kemajuan hidup berlandaskan kemampuan diri, dan bergantung pada karunia Allah semata. Orang yang qanaah adalah orang yang tidak boros dan tidak pula kikir.
            Semua manusia ingin memiliki harta yang berlimpah untuk kebutuhan hidupnya. Untuk mendapatkan semua itu, segala cara ditempuh. Orang yang masih miskin, dia hanya berpikir, “Apa makan kita sekarang?’’, artinya untuk makan saja sulit. Sudah mulai maju penghasilannya dia berkata, ”Makan apa kita sekarang?’’. Maksudnya seseorang tadi sudah berpikir jenis makanan yang akan dikonsumsi. Semakin naik penghasilan dia akan berkata, ”Makan dimana kita sekarang?’’, dia sudah bosan kalau makan hanya di satu warung atau restoran saja sehingga untuk sarapan pagi di restoran A, makan siang di restoran B, dan makan malam di restoran C, tetapi setelah jadi pengusaha, pabrik sudah sekian jumlahnya, deposito selalu meningkat, rumah sudah cemerlang, kendaraan mahal selalu mengkilap, dia mulai berfikir, ” Makan siapa kita sekarang ?’’. Nah lho?!

            Seberapapun yang saat ini kita miliki, bersyukurlah. Karena semua itu hanya titipan dan bukan sepenuhnya milik kita. Kita hanya diberikan kesempatan untuk memanfaatkannya. Bukan hak milik, tapi hak pakai. So, mari kita belajar untuk mensyukuri apa yang kita miliki saat ini dengan tetap berusaha yang terbaik untuk kehidupan yang lebih baik. Alhamdulillaah... Cukuplah J. (dari berbagai sumber)