Dalam beberapa hadits, Rasulullah SAW menyampaikan setidaknya ada 7
golongan orang yang terkabul do’anya. Dari
Abu Hurairah RA berkata bahwa Rasulullah bersabda : ”Ada tiga do’a yang
diterima oleh Allah secara langsung yaitu do’a orang yang dianiaya, do’a
seorang musafir dan do’a orangtua terhadap anaknya.” (HR Turmudzi, Ahmad dan
Abu Dawud). Dari hadits ini telah kita dapatkan 3 golongan, yaitu do’a
orang tua untuk anaknya, do’a orang yang teraniaya dan do’a musafir.
Ridlo Allah terletak pada ridlo orangtua. Kalimat ini tentu sudah kita
pahami. Maka, dengan izin Allah, do’a orang tua untuk anaknya akan cepat
dikabulkan. Oleh karena itu, bagi kita semua yang tentunya adalah anak dari
orangtua, jangan melupakan untuk meminta do’a dari keduanya ketika mencitakan
sesuatu ataupun ingin berlepas dari suatu kesulitan. Dan mari bersikap yang
terbaik kepada orangtua, agar muncul kepuasan hati pada keduanya sehingga tanpa
diminta pun, mereka akan mendo’akan yang terbaik pula untuk kita.
Allah SWT sangat murka kepada siapa saja yang berbuat zalim kepada orang
lain. Orang yang berbuat zalim dan aniaya akan mendapatkan balasan di dunia dan
akhirat. Salah satu bentuk pertolongan Allah kepada orang yang dizalimi dan
teraniaya adalah dengan mengabulkan do’anya.
Seorang musafir dengan tujuan yang baik ,seperti menuntut ilmu, mengunjungi
saudaranya, bekerja menjemput rezeki yang halal, berdakwah dan aktivitas yang
lain akan mendapat kemuliaan dari Allah dengan dipermudah untuk dikabulkan
do’anya. Bahkan, kemudahan dan kemuliaan lain yang diberikan kepada musafir
adalah dia berhak menerima zakat ketika memang sedang kehabisan bekal
perjalanan. Maka, bagi Anda yang sedang banyak aktivitas di berbagai tempat
sehingga harus menempuh perjalanan yang cukup jauh, gunakanlah kesempatan yang
istimewa itu untuk memunajatkan do’a yang terbaik kepada-Nya.
Golongan keempat adalah do’a orang yang berpuasa hingga ia berbuka. Puasa
adalah amal yang istimewa dan amat disukai Allah. Dalam sebuah hadits riwayat
Turmudzi : Nabi SAW bersabda,”ada tiga
jenis perkara yang tidak akan ditolak oleh Allah yaitu do’a orang yang berpuasa
sampai berbuka, do’a seorang pemimpin yang adil dan do’a orang yang teraniaya.”
. Mari, selain puasa wajib Ramadhan, perbanyak puasa sunnah agar bisa menjadi
sarana terkabulnya do’a.
Golongan kelima adalah do’a dari pemimpin yang adil, sebagaimana
tersebutkan dalam hadits diatas. Mungkin, masa sekarang sulit ditemukan
pemimpin yang adil. Namun, selalu ada harapan untuk memunculkannya. Pemimpin
itu mencerminkan rakyat yang dipimpinnya, inilah adagium dalam kepemimpinan
yang sering kita dengar. Maka, agar diantara kita muncul pemimpin yang adil,
yang tidak akan ditolak do’anya oleh Allah, mari jadikan diri kita sebagai
pribadi yang adil. Sungguh, pemimpin yang adil itu benar-benar akan menjadi
rahmatan lil ’alamin, tidak hanya manusia yang merasakan keberkahannya, tetapi
juga seluruh makhluk yang ada, sebagaimana diriwayatkan tentang keadilan Umar
Bin Abdul Aziz, yang keadilannya bisa membuat serigala pun menjadi enggan untuk
memangsa domba.
Keenam, golongan yang do’anya terkabulkan adalah do’a seorang sahabat
kepada sahabatnya di kejauhan, yang keduanya saling bertemu dan berpisah karena
mengharap ridlo Allah, berukhuwah atas dasar aqidah. Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda,”do’a seorang
sahabat kepada sahabatnya yang lain karena Allah dalam tempat yang berjauhan
diterima oleh Allah.” (HR Muslim)
Golongan ketujuh adalah do’a anak yang sholih untuk orangtuanya.
masyaAllah, ketika di hadits yang lain disebutkan bahwa do’a orangtua untuk
anaknya tidak akan tertolak, maka di hadits berikut Allah dan Rasulullah
memberikan kesempatan besar bagi kita untuk men-sholih-kan diri kemudian
mendo’akan kedua orangtua tercinta sebagai wujud balas bakti kita kepada
mereka. Dari Abu Hurairah RA, berkata Rasulullah SAW,” apabila seorang diantara kamu meninggal dunia maka terputuslah
amalnya kecuali tiga perkara : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak
sholih yang mendo’akan.”(HR Muslim)
Dengan memahami hadits-hadits tadi, yang terpenting bagi kita adalah
mengetahui dimanakah peran kita saat ini, kemudian memanfaatkannya untuk
mendapatkan do’a yang terkabul tadi. Jika sedang berperan jadi orangtua, maka
berdo’alah untuk anaknya. Jika sedang berperan jadi anak, maka berdo’alah untuk
orangtua. Jika sedang dalam perjalanan, maka juga jangan lupa bermunajat
pada-Nya. Jika sedang beramanah sebagai pemimpin, maka berusahalah sekuat
tenaga untuk menjadi adil, agar do’anya menjadi makbul. Jika sedang kondisi sehat
dan kuat, maka niatkan untuk memperbanyak puasa, agar do’a menjadi mustajab.
Dan tentunya, kita semua pasti punya saudara seaqidah, sesama muslim, maka mari
saling mendo’akan dengan mengharap ridlo dari-Nya. [mukti]