Zuhud Terhadap Harta Dunia

Letakkan harta dan dunia hanya di tanganmu, jangan letakkan di hatimu. Itulah gambaran yang sering diberikan tentang sikap zuhud. Rasulullah adalah teladan dalam kezuhudan. Jika kita mengingat sejarah, tidak bisa dipungkiri bahwa di masanya Rasulullah itu pernah menjabat sekelas presiden di masa kita, namun diriwayatkan pula tiga purnama tidak ada asap dapur yang mengepul di dapur beliau, tidur beralas tikar menjadi hal yang biasa beliau lakukan dan berbagai hal lain yang menggetarkan hati dan nalar. Dalam beberapa hadits, Rasulullah menggambarkan dengan banyak perumpamaan bagaimana sebenarnya sikap zuhud itu. Semoga kita bisa mengambil manfaat dan mengamalkannya.
Muslim meriwayatkan dari Jabir RA bahwa Rasulullah SAW pernah melewati pasar, sementara orang banyak menyertai beliau di kanan kirinya. Beliau lalu mendapati bangkai seekor anak kambing yang berdaun telinga kecil (tuli). Beliau lalu memegang telinga kambing tersebut, lalu bertanya :”siapa dari kalian yang mau menukar kambing ini dengan uang satu dirham?” Para sahabat menjawab :”Kami tidak mau menukarnya dengan sesuatu pun, sebab tak ada manfaat yang bisa kami ambil darinya.” Beliau bersabda :”Maukah kalian memiliki kambing ini?” Para sahabat menjawab :”Demi Allah, sekiranya kambing tersebut masih bernyawa, tentu merupakan suatu aib bagi kami, sebab dia berdaun teliangan kecil, apalagi sudah menjadi bangkai!” Beliau bersabda :”Demi Allah, sungguh di mata Allah nilai dunia itu lebih rendah daripada nilai bangkai kambing ini di mata kalian.”
Sebuah sabda Rasulullah yang begitu ’pedas’ dalam riwayat di atas, diakhiri dengan kalimat yang semoga benar-benar menuntun sikap kita terhadap harta dunia, ”Demi Allah, sungguh di mata Allah nilai dunia itu lebih rendah daripada nilai bangkai kambing ini di mata kalian.” Di riwayat yang lain, penjelasan seperti ini dipertegas lagi oleh Rasulullah. Bukhari-Muslim meriwayatkan dari Anas RA, dari Rasulullah SAW bahwa beliau pernah bersabda :”Jenazah itu akan diikuti oleh tiga perkara, yakni keluarga, harta dan amalnya. Yang dua perkara akan pulangm sedang yang akan tetap menemaninya hanya satu perkara. Keluarga dan hartanya akan pulang. Sedang yang akan tetap menemaninya hanyalah amalnya.”
Jadi, yang akan setia abadi menemani kita sampai di akhirat adalah amal, bukan harta. Namun, tidak sedikit kita temukan, manusia menghalalkan segala cara dan mengerahkan segala usaha untuk mengejar harta dunia, hingga kadang ”panggilan” harta lebih bersegera untuk disambut dibanding panggilan adzan untuk beribadah kepada Allah. Padahal yang berkehendak memberi harta itu Allah, Yang Maha Kuasa itu Allah, Yang Maha Kuasa itu Allah, logikanya,jika menginginkan harta kita tidak boleh lupa untuk meminta kepada pemiliknya. Semoga kita tidak tertipu dan tidak keliru, mana yang harus kita kejar, yang harus kita perjuangkan dengan daya dan usaha yang lebih.
Muslim meriwayatkan dari Mustaurid bin Syaddad, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda :”perbandingan antara dunia dan akhirat tidak lain seperti seseorang dari kalian yang mencelupkan jarinya ke dalam laut. Silakan dia melihat seberapa banyak air yang menempel di jarinya saat dia mencabutkan dari laut.” Beginilah nilai dunia jika dibandingkan dengan akhirat.
Memang, ada rasa yang berat, ada sesak, ketika kita sedang berusaha menerapkan sikap zuhud ini. Dan berhubung dengan itu, Rasulullah pun sudah memberikan sabdanya yang akan membantu menenangkan hati kita. Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda :”Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.” semoga kita bisa memahami dan menyikapi adanya harta dunia ini dengan akhlak yang terbaik, yaitu zuhud. [mukti_give]