Hartaku, Akhiratku

“Apa yang kau cari selama ini, kawan?” aku bertanya pada seorang kawan yang begitu gigihnya bekerja. Tak pernah aku lihat dia bersantai ria di tengah-tengah kesehariannya. Ia selalu tampak bersemangat menjalankan segala hal. Sampai-sampai aku tergelitik untuk bertanya tentang “apa” yang sedang ia cari dan motivasi apa yang memberikan dorongan begitu kuat hingga langkahnya tak pernah surut.
                “Harta,” jawabnya singkat yang membuatku kembali berpikir. Aku diberikan jawaban, tapi aku merasa mendapatkan soal yang lebih rumit dari apa yang aku tanyakan sebelumnya. Haruskah aku berpikir lagi??? Atau aku sebaiknya bertanya kembali?
***
                Bingkai remaja kali ini akan mencolek suatu permasalahan yang tak butuh banyak solusi. Ambillah satu hikmah saja lalu silakan copas di kehidupanmu. Kamu nggak butuh banyak waktu untuk membaca kolom ini. So, enjoy your reading time ya J!
                Kalau kita ditanya hal yang sama tentang tujuan hidup kita, tentang untuk apa kita bekerja, untuk apa kita melakukan ini dan itu.. Ada kemungkinan bagi yang belum jelas tujuannya akan merasa sedikit bingung lalu berpikir dan memunculkan jawaban yang beragam.
                Pada umumnya, orang bekerja ya untuk mencari nafkah. Nafkah itu untuk mencukupi segenap kebutuhan yang nggak genap-genap. Udah keturutan beli ini, pengin beli itu. Yang itu udah kebeli, pengen beli yang satunya... lagi, lagi, dan lagi. Bagi yang pernah belajar ekonomi pasti pernah dengar ini : “Kebutuhan manusia itu tidak terbatas sementara alat pemenuhan kebutuhannya terbatas”. Yaps!!!
                Sebenarnya, nggak ada salahnya juga sih berhasrat ingin ini dan itu. Itu fitrah kok. Wajar! Pake banget malah. But, hati-hati aja bagi yang setuju dengan paham: “Bagaimanapun caranya, aku harus mendapatkannya”. Aduh, bisa gawat kalau banyak yang berpikiran kayak gini.
                Kita nanti bakalan ditanyain lho.. tentang harta, darimana mendapatkannya dan untuk apa digunakannya. Susah payah kita ngumpulin duit, eh larinya malah ke hal-hal yang kurang bermanfaat. Lebih tragis lagi tu duit lari ke hal-hal yang dilarang. Na’udzubillaah deh.
                Balik ke kisah sebelum lima paragraf di atas ya.. Nggak ada yang salah dengan jawaban si teman jika kita mampu menafsirkannya dengan “positif”. Seseorang yang bersungguh-sungguh dalam bekerja adalah teladan yang baik. Ada pepatah arab yang sering kita dengar, yaitu “Man jadda wa jada”. Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil mendapatkan apa yang ia cari. Ketika ia bekerja sungguh-sungguh untuk mencari harta, ya ia akan menemukannya. Asalkan halal dan bukan hal terlarang, ya lakukan saja.
                Biar kita nggak salah sangka sama teman yang tadi.. yuk kita simak lanjutan kisahnya:
                “Kamu hidup untuk mencari harta? Kamu tahu kan, kalau harta itu nggak bakal dibawa mati? Sedangkan kehidupan di dunia ini sementara dan kehidupan akhirat itu kekal adanya. Aku masih tak mengerti denganmu. Untuk apa kamu bersusah-susah mencari sesuatu yang tak akan kekal. Bahkan, ia bisa saja mencelakakanmu, kawan,” aku akhirnya memutuskan untuk kembali bertanya.
                Dengan tenang, ia menjawab. Tampak ia tersenyum dan memulai menjawab pertanyaanku. “Dengan harta itu aku bisa beramal lebih banyak. Aku bisa beribadah lebih tenang karena tak perlu berpikir apa yang akan aku makan nanti, dimana aku akan beristirahat malam ini, dan bagaimana caranya aku pergi ke sana dan ke sini. Dengan harta itu, aku bisa lebih banyak menghadirkan senyuman di keluargaku, saudaraku, kawan karibku, dan orang-orang di sekitarku. Aku tak hanya ingin berbagi kesedihan dengan mereka. Tapi, aku ingin berbagi kebahagiaan. Aku memang mencari harta.. tapi aku tak meletakkannya di hatiku. Biarlah ia di tanganku dan akhirat di hatiku. Karena, hartaku untuk kebaikan akhiratku,” seiring dengan kata terakhirnya... terdengar adzan dari masjid yang tak jauh dari tempat dimana kami berbincang. Dan ia mengajakku memenuhi panggilan-Nya.
***
                Bagi kita yang belum bekerja, dan mungkin memang belum waktunya bekerja.. Mari kita ambil hikmah dari pembahasan kali ini. Tentang harta yang halal dan bagaimana caranya agar ia memberikan manfaat tak hanya di dunia, tapi juga di akhirat. Tak perlu banyak, yang penting barokah.
                Lagi-lagi aku mendengar kata ini: “barokah”. Apa sih sebenarnya arti barokah itu?
Barokah adalah kebaikan yang bersumber dari Allah, yang kebaikan itu dapat menjadi langgeng dan bahkan menambah kedekatan seorang yang diberi kepada Allah yang Maha Memberi. Hidup yang barokah adalah saat dimana kita bisa melakukan kebaikan-kebaikan secara istiqomah yang akan mendatangkan kebaikan-kebaikan selanjutnya. Karena saat kita melakukan suatu kebaikan, maka Allah akan membukakan pintu kebaikan yang lainnya. So, kalau ada yang baik.. kita nggak perlu ambil yang lebih mahal J.
Uang dari orangtua kita yang saat ini kita nikmati bukanlah sesuatu yang didapat tanpa usaha. Jangan kau siakan dengan membelajakannya untuk hal-hal yang tiada guna. Alirkan ia kepada hal-hal yang bermanfaat. Hingga keberkahan harta yang kau terima bisa mengundang pahala dan kebaikan yang tak terputus.

Jadi untuk apa sebaiknya? Gunakanlah untuk memenuhi keperluanmu yang pokok. Alokasikan sebagian untuk bersedekah. Tabunglah atau belikan buku yang bisa kau ambil ilmu darinya. Sampaikan ilmu itu, walau hanya satu ayat atau satu hikmah saja. Dan akhirnya, harta kita nggak melulu untuk kebaikan dunia, tapi juga untuk kebaikan di akhirat. Barokallahufikum. (pen_Lasti)